Blog ini menggunakan nama “katalog material’ tentu bukan tanpa maksud. Blog ini ingin menyampaikan bahwa katalog/brosur material adalah satu hal yang penting sebagai referensi dalam pemilihan dan penentuan material untuk proyek konstruksi. Dalam proses approval material di proyek konstruksi, konsultan MK tidak akan menyetujui pengajuan material jika hanya dilampiri dengan sample material saja. Katalog/brosur material adalah dokumen teknis yang digunakan sebagai referensi dan acuan untuk menyetujui atau tidak menyetujui penggunaan material dalam suatu pekerjaan.
Katalog/brosur material sendiri memiliki pengertian sebagai media informasi yang mendeskripsikan produk material pada hal-hal yang relevan tentang bentuk fisik material, karakteristik dan penggunaan material. Pengertian brosur lebih menunjuk pada satu produk material. Sedangkan katalog material lebih menunjuk pada beberapa produk material dari satu pabrikan.
Sebagian orang memiliki pandangan yang salah dalam menilai kualitas material ketika melihat katalog/brosur materialnya. Ada yang melihat dari segi tampilannya yang eksklusif dan memiliki seni grafis yang bagus. Memang benar, hal tersebut akan berpengaruh dalam mendukung marketing dalam penjualan materialnya. Tapi itu sama sekali tidak membuktikan bagaimana kualitas materialnya. Menilai kualitas material adalah dengan membaca deskripsi material, baik secara fisikal, teknikal maupun aplikasinya yang tertulis di katalog/brosurnya. Dan ini tidak bisa hanya klaim, tapi harus disertai dengan laporan hasil test.
Lalu hal-hal apa saja yang harus dideskripsikan pada katalog/brosur material? Berikut akan dipaparkan tentang hal tersebut :
- Minimal sebuah brosur material harus mendeskripsikan bentuk fisikal material, seperti ukuran, warna dan karakteristik permukaan material.
- Contoh jika itu bata ringan, disebutkan ukurannya ukuran 600x200x100mm dan 600x200x75mm.
- Jika itu paving block, selain tipe dan ukurannya, disebutkan juga natural atau warna.
- Jika itu cat, ditampilkan warna apa saja yang tersedia. Dan juga, setelah diaplikasikan, tampilannya akan gloss atau matt.
- Jika itu keramik, selain ukuran, warna dan coraknya, disebutkan juga doff atau glossy.
- Jika itu homogeneous tile (granit tile), selain ukuran, warna dan coraknya, disebutkan juga polished, unpolished atau rustic (rock type).
- Jika itu pintu jendela aluminium, disebutkan coatingnya anodized atau powder coating.
- Deskripsi selanjutnya yang penting adalah daya sebarnya (coverage area/consumption). Ini biasanya untuk material yang berupa bubuk atau cairan, yang setelah diaplikasikan, bentuk asli material tidak akan terlihat. Misalnya:
- Untuk cat, untuk 1 kg (liter) cat bisa untuk mengecat permukaan bidang berapa meter persegi dalam berapa lapis. Demikian juga untuk contoh material waterproofing liquid.
- Untuk mortar instan, misalnya mortar perekat bata, untuk 1 zak mortar (40 kg atau 50 kg) bisa untuk memasang dinding bata ringan berapa meter persegi. Untuk 1 kg mortar acian, bisa untuk mengaci permukaan dinding berapa meter persegi. Untuk 1 kg mortar perekat keramik bisa diaplikasikan untuk pasangan keramik berapa meter persegi. Untuk 1 kg tile grout (mortar pengisi nat keramik), bisa dialikasikan untuk menutup pasangan keramik berapa meter persegi.
- Untuk waterproofing integral, setiap kg waterproofing integral dicampurkan untuk berapa meter kubik beton.
- Untuk material compound gypsum board, untuk 1 zak compound bisa untuk mengompon berapa meter persegi pasangan gyspum board. Dan sebagainya.
- Sedangkan untuk material berbentuk padat, dapat dihitung sendiri, misalnya bata merah, bata ringan, gypsum board, rangka aluminium, keramik, genteng dan sebagainya.
- Selanjutnya adalah tentang karakteristik teknikal material, yaitu tentang angka-angka yang menunjukkan kekuatan teknis material. Contohnya:
- Untuk bata ringan, harus ada data-data dry density (berat kering), compressive strength, water absorption, acoustic rating dan fire rating.
- Untuk mortar plester, acian, floor screed, grouting, minimal harus ada data-data compressive strength dan tensile strength. Dalam hal ini nilai compressive harus lebih diperhatikan.
- Untuk mortar perekat bata dan perekat keramik/granit tile, minimal harus ada data-data compresive strength dan tensile strength. Dalam hal ini nilai tensile strength harus lebih diperhatikan.
- Untuk material waterproofing cement base, harus ada data-data compressive strength, tensile strength dan elongation atau crack bridging. Elongation atau crack bridging adalah parameter paling penting untuk material waterproofing. Pengertiannya sedikit berbeda.
- Untuk material waterproofing liquid, harus ada data-data adhesion to substrate, tensile strength, dan elongation atau crack bridging.
- Untuk material frame pintu/jendela aluminium, harus ada data-data tebal frame, jenis lapisan coating dan tebalnya. Tebal frame akan menentukan penggunaannya untuk area mana, jenis lapisan akan memperlihatkan jenis tampilan warnanya dan kekuatan proteksinya. Sedangkan tebal coating untuk menentukan untuk dipakai di area mana, di interior atau ekterior.
- Untuk baja ringan, harus diperhatikan betul-betul tentang tebal frame. Jangan bermain-main untuk masalah tebal frame ini, karena akan berakibat fatal pada asumsi kekuatan rangka baja ringan terhadap beban genteng dan beban angin. Selain itu, tentang mutu raw material baja ringan, harus memenuhi standar mutu G550, yang memiliki kekuatan leleh minimum 550 Mpa dan tegangan maksimum 550 Mpa. Yang tak kalah pentingnya ada spesifikasi lapisan anti karat, menggunakan jenis apa (galvanis atau zincalume) dan tebalnya berapa.
- Untuk material akustik, misalnya gypsum board atau material lain untuk ruang home theatre, harus dibaca dengan teliti tentang nilai STC (Sound Transmission Class) dan NRC (Noise Reduction Coefficient. STC adalah kemampuan suatu material pembatas ruangan untuk menahan (mengurangi) kebisingan suara di satu ruang, sehingga menjadi berkurang di ruang sebelahnya, yang dibatasi oleh material tersebut. Sedangkan NRC adalah kemampuan absorpsi bunyi di ruangan yang bergema, sehingga mengurangi tingkat gema tersebut.
- Terakhir adalah tentang petunjuk cara aplikasi material, dalam hal ini untuk mendapatkan kriteria kekuatan teknis yang disebutkan dalam brosur/katalognya. Misalnya:
- Misalnya untuk material cat, bagaimana persiapan substratenya, yaitu tentang kebersihan dan kelembabannya. Berapa persen penambahan pengencer air yang diijinkan. Pakai plamir atau tidak. Berapa lapis yang dibutuhkan agar permukaan dinding/plafond tercover dengan baik.
- Untuk waterproofing cement base (dua komponen), sama dengan material cat, ditambahkan dengan berapa perbandingan pencampuran antara komponen A dan B. Bagaimana treatment aplikasi pada area sudutan antar bidang dinding dan antara dinding dan lantai.
- Untuk mortar (perekat bata ringan, perekat keramik, plesteran, acian, dsb), perhatikan tentang ketebalan yang diijinkan untuk aplikasi material, minimal berapa dan maksimal berapa. Bagaimana persiapan substratenya.
- Untuk material gyspum board dalam pemasangan plafond, bagaimana arah gyspum terhadap ruang atau arah cahaya, berapa jarak paku gypsum di tepi dan bagian tengah, berapa lebar compound di area recessed dan butt joint, berapa jarak, dan jenis rangka apa yang diijinkan untuk digunakan pada ruangan dengan luas tertentu.
Demikian poin-poin pemaparan dan membaca katalog/brosur material. Brosur atau katalog material yang ideal mestinya berisi empat point penting di atas. Lalu bagaimana jika brosur/katalog material hanya menyajikan informasi ringkas yang mungkin untuk dibaca oleh orang awam? Untuk keperluan approval material di proyek konstruksi, yang memerlukan pertanggungjawaban yang tinggi, kita harus meminta lampiran pendukung, berupa data-data tambahan yang diperlukan atau laporan hasil test. Ini untuk menjamin secara administratif, bahwa di proyek yang sedang dikerjakan telah menggunakan material yang benar dan berkualitas. Dan tentu ini akan difollow up dengan pola manajemen mutu yang baik di lapangan.